danau cisanti bandung : Keindahan alam yang jarang di jamah

Danau Cisanti Bandung – Danau atau Situ Cisanti merupakan hulu sungai Citarum, sungai terbesar di Jawa Barat, yang dijadikan objek wisata. Danau ini berada di tengah-tengah hutan Eucaliptus dan lokasinya cukup tinggi, beberapa meter di atas permukaan laut.

Danau Cisanti yang beralamat di Tarumajaya, Kertasari, Kabupaten Bandung ini berada di kaki Gunung Wayang dan sekarang masuk di kawasan Perum Perhutani. Selain berfungsi sebagai objek wisata, ternyata Danau Cisanti juga memiliki peranan yang cukup penting bagi kehidupan masyarakat sehingga disebut ‘nadi Jawa Barat’ oleh masyarakat Bandung.

Legenda dan Mitos  Tentang Situ Cisanti

Danau Cisanti merupakan saksi sejarah masa kerajaan sampai kolonialisme dulu. Sebab, danau tersebut dulunya adalah tempat persinggahan Dipatiukur, seorang wedana bupati-bupati Priangan di abad ke-17. Pada tahun 1628, Dipatiukur memimpin pasukan untuk melawan Belanda di Batavia. Tapi, sayangnya pada saat itu Dipatiukur kalah karena dikhianati oleh pemimpin dari masyarakat Sunda yang lain.

Menurut kabar yang beredar, pada abad ke-5 Bujangga Manik seorang putra dari Raja Padjajaran juga mengunjungi Danau Cisanti ketika melakukan perjalanannya mengunjungi beberapa tempat suci di Jawa dan Bali. Bujangga Manik melakukannya dengan berjalan kaki sendiri.

Keindahan Danau Cisanti Bandung

Sungai Citarum, Jawa Barat memiliki reputasi yang kurang baik, karena sering dipakai untuk tempat pembuangan sampah serta limbah bagi penduduk sekitar. Kalau musim hujan, Sungai Citarum sering meluap dan menjadi biang banjir. Tapi, ternyata hulu Sungai Citarum menyimpan keindahan yang bakal membuat pengunjung terpesona, lho.

Situ Cisanti atau Danau Cisanti merupakan sumber aliran sungai ini. Kawasan Danau Cisanti memiliki luas areal total kurang lebih 10 hektar dan dikelilingi Perkebunan Talun Santosa, Gunung Rakutak serta puncak Gunung Wayang dan Windu.

Air Danau Cisanti sangat jernih dan karena letaknya di ketinggian, udara yang berhembus di sekitar sangat sejuk sehingga cocok bagi yang ingin refreshing. Penampilan Danau Cisanti sendiri sangat menarik, di sana terdapat jembatan yang sering dijadikan untuk berfoto-foto. Pengunjung yang ke sana kebanyakan bertujuan untuk memancing dan berkeliling di sekitar danau dengan perahu.

Mata Air Danau Cisanti

Danau Cisanti adalah tempat pertemuan 7 mata air, yakni Cikahuripan atau Pangsiraman, Cihaniwung, Mastaka Citarum, Cisadane, Cikoleberes, Cikawedukan dan Cisanti. Di antara ketujuh mata air tersebut, yang paling terkenal adalah Cikahuripan atau Pangsiraman yang dikelilingi pagar besi.

Menurut cerita, Pangsiraman ditunggu oleh Eyang Dewi Mayang Cinde dan Raden Kalung. Di situ terdapat bangunan untuk pengunjung yang ingin berziarah dan ditemani seorang juru kunci.

Pangsiraman memiliki mata air yang sangat jernih dan berwarna kebiruan. Pengunjung tidak boleh sembarang mandi di Pangsiraman, harus melakukan tata krama sebelumnya. Terdapat bagian untuk laki-laki dan untuk perempuan yang akan mandi di Pangsiraman.

Pengunjung biasanya dimandikan seorang juru kunci, seolah sedang melakukan siraman nikahan. ‘Ritual’ ini biasanya dilakukan di malam-malam yang baik, seperti kamis malam dan bulan Maulud.

Tujuan pengunjung berziarah ke kawasan ini bermacam-macam menurut salah satu juru kunci mata air Pangsiraman. Tapi, yang paling banyak adalah meminta ketenangan hati, enteng jodoh, awet muda dan mendapat kekayaan sampai jabatan.

Akses Lokasi Menuju Danau Cisanti Bandung

Danau Cisanti berlokasi di Kampung Pejaten, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jarak Danau Cisanti dari Bandung adalah 60 km dan bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi selama 2-3 jam.

Terdapat beberapa rute yang bisa dipilih pengunjung untuk sampai di Danau Cisanti, yaitu melalui jalur Ciparay dan Pangalengan. Kedua rute tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, kalau lewat Ciparay lebih dekat sehingga akan cepat sampai sedangkan kalau lewat Pangalengan sedikit lebih jauh dan berputar-putar namun melewati perkebunan teh yang pemandangannya menawan. Tinggal pengunjung pilih yang mana saja, sih. Agar lebih mudah, kami review keduanya di bawah ini:

Rute Jalur Ciparay

Pengunjung yang berasal dari Bandung bisa menuju Jalan Muhammad Toha lalu lanjut ke arah Dayeuh Kolot. Setelah melalui jembatan Citarum, pengunjung akan melihat pom bensin yang ada di jalan bercabang.

Pada percabangan tersebut, pilih jalur kiri menuju Ciparay karena kalau ke kanan merupakan arah ke Banjaran. Lurus terus hingga menemukan bundaran yang ada Tugu Perjuangan-nya, ambil kiri dan masuk ke Jalan Laswi yang mengarah ke Alun-alun Ciparay.

Apabila pengunjung datang dari arah Buah Batu, Bandung tinggal meluncur ke Jalan Buah Batu ke Bojong Soang. Dari situ, pengunjung akan memasuki Jalan Siliwangi menuju Jalan Laswi sampai ke Alun-alun Ciparay.

Ketika sampai di sana, belok kanan tepat di Masjid Agung Ciparay dan setelah itu pengunjung masuk ke Lembur Awi ke daerah Pacet. Selanjutnya masuk Cibereum dan melewati hutan pinus. Itu menandakan bahwa pengunjung sudah sampai di pintu gerbang Danau Cisanti.

Rute Jalur Pangalengan

Dimulai dari Mohammad Toha dan Buah Batu juga, tapi kalau dari yang pertama pengunjung belok kanan ke Banjaran sedangkan yang kedua dari Bojong Soang ke arah Dayeuh Kolot menuju Banjaran. Sesampainya di Banjaran, pengunjung akan melewati terminal dan pasar. Setelah itu, ada jalan bercabang dan ikuti petunjuk arah ke Pangalengan (ambil kiri), dari sana pengunjung sudah masuk Jalan Raya Pangalengan.

Perlu diingat bahwa dari sini, jalanan akan mulai menanjak serta berkelok-kelok melalui Cimaung ke Pangalengan. Ketika sudah masuk wilayah Pangalengan, pengunjung akan melihat pertigaan, arah kanan ke Situ Cileunca, Talegong dan Perkebunan Teh Cupu, sedangkan arah kiri ke Pemandian Air Panas Cibolang dan Perkebunan teh PTPN VIII. Ambil kiri arah ke Cibolang (kalau masih bingung, tanya warga sekitar).

Pengunjung akan melewati Pemandian Air Panas Cibolang, Perkebunan Teh Malabar dan Makam Bosscha. Setelah melalui Malabar, pengunjung juga akan melihat Perkebunan Teh Santosa, pabrik pengolahan teh Kertasari yang berada di depan monumen traktor dan mobil Stum. Sesudahnya, akan langsung masuk kawasan hutan pinus menuju Danau Cisanti yang gerbangnya ada di kiri jalan.

Tiket Masuk Danau Cisanti

Untuk menikmati keindahan Danau Cisanti, pengunjung harus membayar Rp7.500/orang (belum termasuk ongkos parkir). Cukup murah, ya? Apalagi ongkos parkirnya hanya sekitar Rp2.000 (roda dua) dan Rp5.000 (roda empat).

Lengkapnya Fasilitas Danau Cisanti

Danau Cisanti menyediakan tempat parkir yang lumayan luas dan sudah dipaving. Tempat parkir tersebut ada di gerbang masuk dan dekat warung makan serta toilet umum. Tepat di kanan gerbang masuk, ada pendopo Wayang Windu yang ditutup dan akan dibuka ketika acara-acara tertentu.

Fasilitas-fasilitas umum lainnya adalah toilet, mushola dan penginapan yang berupa cottage kayu. Cottage tersebut biasanya digunakan untuk menginap dan menikmati indahnya pemandangan Danau Cisanti di malam hari. Selain menginap di cottage, pengunjung juga bisa mendirikan tenda di sini.

Danau Cisanti adalah tempat yang cocok untuk berwisata alam dengan tantangan. Pengunjung bisa bersantai di pinggir danau, berkemah sambil menikmati panorama sekitar dan hawa sejuk pegunungan serta beningnya air Danau Cisanti.

Karena pemandangannya sangat indah, tak jarang beberapa pengunjung yang memanfaatkannya untuk background foto prewedding maupun sekedar selfie. Sehingga kesimpulannya, Danau Cisanti Bandung sangat cocok untuk melepas stress dan kepenatan yang mendera.